Laman

Senin, 29 Februari 2016

Berkebun Kurma di Borneo


Kurma, buah asal timur tengah ini tentunya tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Apalagi buah ini biasa menjadi hidangan khas kita saat berbuka puasa. Namun, untuk memenuhi kebutuhan kurma di pasar Indonesia tersebut, milliaran uang dari negara kita mengalir ke petani-petani kurma di luar negeri. Mengimpor makanan dari tempat yang jauh ini  buruk bagi ekonomi Indonesia karena menguras devisa dan menurunkan GDP.

Namun, hal tersebut bisa kita antisipasi dengan mengambil langkah kongkrit membuka perkebunan kurma sendiri di negeri kita Indonesia yang teramat subur ini. Membuka perkebunan kurma di Indonesia tentunya penuh dengan tantangan dan hambatan namun kebun kurma ini akan menjadi peluang bagi siapa yang mau dan mampu menaklukkan berbagai tantangan dan hambatan tersebut. Apabila peluang kebun kurma ini berhasil maka milliaran uang Indonesia akan mengalir ke tangan-tangan bangsa Indonesia sendiri serta kita sudah membantu program pemerintah yaitu kemandirian pangan nasional.


Dalam membuat perkebunan kurma ini kita sudah kalah tertinggal 12 tahun dari Thailand dan 9 tahun dari Malaysia yang sudah menanam ribuan hektar kurma serta sudah siap-siap mengekspornya ke Indonesia. Padahal iklim dan kondisi geogrifis Thailand dan Malaysia hampir sama dengan kondisi di Indonesia.

Peminat kebun kurma di Indonesia kini sudah mulai banyak jumlahnya yang tergabung di Indonesian Date Palm Association yang kini sudah berjumlah 1.600-an anggota. Generasi awal petani kurma ini tentunya tidak mudah karena harus memulai semuanya dari awal, namun disinilah peluangnya apabila negeri muslim terbesar di dunia ini menanam pohon buah di negeri yang amat subur maka insyaallah bukan hanya mandiri pangan bahkan kita mampu menekan angka kelaparan di dunia.

Permasalahan utama yang menjadi tantangan kita dalam mewujudkan kebun kurma ini adalah hambatan psikologis masyarakat Indonesia yang menganggap pohon kurma tidak bisa tumbuh dan berbuah di Indonesia kalaupun bisa tumbuh dan berbuah hanya kebetulan atau malah dianggap suatu keajaiban.

Mental block inilah yang pertama harus diluruskan padahal sudah banyak pohon kurma yang tumbuh dan berbuah di Indonesia seperti tulisan saya di Apakah pohon kurma bisa tumbuh dan berbuah di Indonesia. Selain tulisan tersebut saya juga menulis hasil survey di Kalimantan Selatan khususnya dari Kota Banjarmasin yang setidaknya di kota itu saja sudah terdapat tidak kurang dari 50 pohon kurma yang tersebar di beberapa tempat yang saya tulis di blog ini dalam artikel Pohon Kurma di Kalimantan.

Membuka kebun kurma di Kalimantan tentunya memiliki keunikan tersendiri, dimana tanahnya yang amat subur tentu amat cocok untuk pertumbuhan kurma. Apalagi di tanah Kalimantan saudara kurma yaitu kelapa sawit sudah terbukti cocok hidup di kalimantan dengan adanya perkebunan sawit hingga jutaan hektar luasnya.
 
Lahan sawit di Kalsel (Foto : infosawit.com)

Bayangkan apabila yang dibuka adalah perkebunan kurma hingga berhektar-hektar luasnya, maka selain buahnya yang bisa dimakan, pohonnya juga dapat melestarikan alam karena tumbuhan kurma tidak merusak alam sebagaimana sawit. 

Tidak jarang dari perkebunan kurma malah muncul  mata air - mata air yang jernih karena kurma yang tumbuh subur maka perakarannya akan mengelola air. Hal tersebut bisa menjadi solusi sumber air bersih bagi pulau Kalimantan yang sekarang mulai sulit didapatkan.
 
Kebun kurma memakmurkan bumi menjaga alam (foto : hajidwisugiarto.wordpress.com)

Harga ekonomis penjualan buah kurma segar yang dihasilkan dari satu pohon kurma saja di Indonesia dapat mengalahkan satu hektar kebun sawit sebagimana tulisan saya di Harga Buah Kurma Asli Indonesia

Pohon kurma bisa mulai berbuah antara 4 - 10 tahun dan hasil buahnya bisa mencapai 100 kg ./ tahun per pohon. Harga pasaran kurma segar di Indonesia saat ini adalah Rp 350.000 / kg, kurma segar ini harganya lebih tinggi daripada kurma kering yang biasa kita jumpai di pasar-pasar Indonesia. Maka apabila hasil panen kurma segar tersebut dijual maka petani kurma bisa mendapatkan Rp 35 juta per tahun hanya dari satu pohon. 

Bandingkan dengan satu hektar pohon sawit yang baik rata-rata menghasilkan 30 ton per tahun, sedangkan  harga sawit di Kalimantan Timur yang berlaku saat ini adalah Rp 1,150/kg TBS (Tandan Buah Sawit). Maka hasil tahunan 1 hektar lahan yang ditanami sawit yang baik saat ini adalah Rp 34.5 juta. Sekarang Anda bisa melihat, potensi hasil 1 pohon kurma ini bahkan lebih tinggi dari potensi hasil 1 hektar pohon sawit.

Pohon sawit dulunya dibawa oleh Belanda hanya 4 bibit ke nusantara, mereka membawa bibit dan mempraktekkan penanamannya di Indonesia sehingga kini terdapat jutaan hektar lahan sawit di Indonesia termasuk di tanah borneo.


Mulai sekarang mari kita mulai praktekkan menanam, membudidayakan dan mengembangkan pohon kurma di tanah Kalimantan semoga nantinya akan ada ribuan lahan kebun kurma di tanah borneo yang membawa kemakmuran bagi masyarakat dan lingkungan alam borneo yang kita cintai ini, Insyaallah.

Visi besar tersebut bisa kita mulai dari yang kecil, misalnya kita bisa menumbuhkan kurma dari biji kurma yang biasa buahnya kita beli di pasar. Cari buah kurma yang kita sukai kemudian daging buahnya kita makan dan bijinya kita semai serta tumbuhkan yang caranya sudah saya share di blog ini di Cara Menanam Kurma dari Biji. Saya berdoa semoga pohon kurma yang kita tanam nantinya dapat berbuah lebat.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar